Aku tidak tahu harus memulai cerita ini dari mana, tetapi saat ini, dan sudah hampir sebulan ini, hatiku, duniaku, cintaku, semuanya hancur, aku seperti tidak memiliki semangat untuk hidup, tetapi aku harus hidup, karena aku masih belum bisa menggapai beberapa mimpi yang aku inginkan di masa depan, salah satunya memiliki pekerjaan yang layak, supaya aku bisa membeli benda-benda yang aku sukai, tanpa ada yang melarang.
Aku sekarang sudah memasuki masa-masa kuliah, sebenarnya aku sudah kuliah, sih, tapi aku memutuskan untuk keluar dari Universitas yang pertama aku masuki, karena orang-orang yang berada di kelasku tergolong manusia toxic parah, aku tidak kuat, jadi aku memutuskan untuk keluar, menghilang tanpa kabar, dan yup, no one cares about me, aku bersyukur, dan sekarang aku masuk salah satu Universitas yang sangat terkenal di kotaku, namun tidak di kancah nasional, haha, aku diterima di jurusan Hubungan Internasional, kalau di Univku yang dulu aku masuk jurusan PGMI (Pendidikan Guru Madrasah Ibtida'iyah/Guru SD).
Ah, semoga orang-orang di kelasku yang baru tidak setoxic orang-orang yang aku kenal di kelasku yang dulu. Semoga. Karena aku dengar-dengar, mahasiswa di Univku yang sekarang banyak yang toxic, dosennya pun ikutan toxic, aku jadi takut, tapi aku tidak boleh mundur lagi, aku sudah membulatkan tekatku untuk kuliah.
Sebenarnya, jika aku boleh memilih, aku ingin mengambil jurusan Sastra Jepang, namun Ibuku melarangku untuk pergi ke luar kota dan mengambil jurusan tersebut, alasannya lumayan masuk akal, tapi mampu membuatku sakit hati, ia hanya tidak ingin anak perempuan satu-satunya pergi meninggalkannya ke luar kota, dan menjalani kehidupan sendirian, mungkin saja aku akan terkena bencana, atau dibegal orang? Itu yang membuatnya sangat cemas, sampai-sampai ia mengekangku dan memaksaku untuk kuliah di Universitas pilihannya. Sebenarnya aku tidak masalah, asalkan dia tidak menggangguku ketika aku sedang bermain game, tetapi, sebulan yang lalu, ketika aku menangis histeris akibat file anime dan lagu-lagu yang sudah aku kumpulkan dari tahun 2014 dihapus tanpa sepengetahuanku oleh kakakku ketika ia memakai laptopku untuk bermain game, Ibuku sangat marah mendengar suara tangisanku, lalu ia mengambil hapeku, harddisk yang dipinjamkan oleh Bapakku, earphoneku, dan terakhir, laptopku. Seketika saja aku langsung terdiam, berusaha mencerna segalanya hingga membuatku lupa cara untuk menangis. Hatiku menjerit, namun aku tidak bisa berbuat apa-apa. Pasalnya, benda-benda itu dibeli menggunakan uang Ibuku, jadi aku tidak berhak memintanya kembali jika ia sudah mengambilnya. Serius. Aku sangat, sangat, sangat sedih. Aku ingin bunuh diri waktu itu juga menggunakan pisau kecil yang selalu aku simpan di dalam laci meja belajarku, tetapi aku berusaha tenang, tanganku bergetar akibat menahan emosi, kesedihan, dan kehilangan. Lebay? Kelihatannya memang seperti itu, tetapi semua yang diambil oleh Kakak dan Ibuku adalah hal-hal yang paling berharga dalam hidupku, entah bagaimana aku bisa hidup tanpa hal-hal itu, dan beginilah rasanya, aku tidak mempunyai motivasi apapun, aku hanya ingin tidur setiap hari, dan setiap malam aku selalu teringat kenangan-kenangan manisku bersama game-game yang aku mainkan, lalu aku menangis, dan tertidur, terus seperti itu setiap malam, sampai akhirnya 3 malam yang lalu, tiba-tiba saja aku merasa mual, aku pun lari ke kamar mandi dan berusaha memuntahkan isi perutku agar rasa mual yang mencekikku hilang, namun yang keluar hanya air liurku saja, ketika aku balik ke kamar aku berfikir, apa penyebab perutku mual secara tiba-tiba? Apakah maagku kambuh? Atau aku hamil? Itu tidak mungkin, sih, haha, dan pikiranku terhenti pada satu pertanyaan, 'Apakah aku terlalu depresi sampai-sampai membuat perutku mual?' Aku langsung mencari artikel-artikel tentang Dampak Depresi/Stress di internet, dan ada tiga artikel yang berkata bahwa stress yang berlangsung lama akan mengakibatkan rasa mual pada seseorang yang mengalami stress tersebut. Aku terdiam. Aku terus memikirkan hal itu sambil menahan rasa mual diperutku, dan aku muntah lagi untuk ke dua kalinya. Badanku menggigil, bukan karna kedinginan, tetapi karna desakan rasa mual yang masih menghinggapi perutku, lalu aku meminta Bapakku membawaku ke UGD malam itu, sebenarnya bukan malam hari, tetapi jam 3 dini hari, dan dokter mendiagnosis bahwa aku terkena asam lambung, aku hanya diam menatap Dokter tersebut, dan beralih menatap Bapakku yang mulai mengomeliku karna aku jarang makan, padahal ia tidak tahu seberapa keras aku menjaga pola makanku agar menjadi teratur, tidak ada yang tahu itu, tidak ada yang mempercayainya, kecuali Lyha, sahabat baikku, hanya ia yang tahu aku senang makan, dan kecil kemungkinan aku terkena asam lambung, karena sudah 2 tahun maagku tidak kambuh, terakhir kali ketika bulan puasa pada saat masa-masa SMA, itupun karna aku terlalu lelah memikirkan banyak hal, dan sampai lupa makan, setelahnya maagku tidak pernah menunjukkan eksistensinya lagi hingga detik ini, dan aku berharap semoga tidak juga di masa depan, karena itu akan sangat merepotkan diriku.
Yah, saat ini aku sedang mencari kesibukan lain untuk mengisi waktu luangku yang biasa diisi oleh game-game favoriteku, aku mulai menyukai K-Pop, terutama BlackPink, dan aku mencoba bermain Cardfight! Vanguard, aku jadi rajin membaca buku, dan lebih banyak termenung, karena itu semua tidak berhasil membuatku move on dari masa lalu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar